Selasa, 09 Agustus 2016

Peta Tematik

A. Pengertian Peta Tematik

Peta Tematik

Seseorang yang sedang belajar dan mempelajari geografi erat kaitannya dengan peta. Demikian pula bagi yang bekerja sebagai kartografiwan atau geografiwan harus memiliki kemampuan khusus dalam membuat peta, mengetahui bermacam-macam peta berdasarkan jenis, skala, bentuk, syarat- syarat dan penggunaannya. Peta dapat didefinisikan sebagai gambar pengecilan permukaan bumi atau benda angkasa yang digambar pada bidang datar, dengan menggunakan ukuran, simbol, dan sistem generalisasi (penyederhanaan). Peta menurut isinya dapat dibedakan menjadi: (1) peta umum; (2) peta tematik; dan (3) peta navigasi.

1. Peta umum


Pengertian peta umum adalah peta yang isinya menyajikan data geografis atau kenampakan secara umum, baik kenampakan fisis, sosial, ekonomis, maupun kenampakan budaya berdasarkan kaidah kartografis. Beberapa peta yang termasuk kedalam peta umum adalah peta dunia, peta topografi, dan peta geografi yang menyajikan informasi umum.

2. Peta tematik


Pengertian peta tematik adalah peta yang memuat tema- tema khusus untuk kepentingan tertentu yang bermanfaat dalam penelitian, ilmu pengetahuan, perencanaan, pariwisata, dan politik. Aziz (1985) menambahkan bahwa peta tematik adalah peta yang memperlihatkan informasi atau data kualitatif dan atau kuantitatif dari suatu tema atau maksud atau konsep tertentu dalam hubungannya dengan unsur-unsur atau detail-detail yang spesifik sesuai dengan tema tertentu.

Contoh peta tematik (penyebaran bahasa) yang menyajikan informasi khusus/ tertentu.


3. Peta navigasi


Peta navigasi adalah peta yang didesain secara khusus dan praktis yang digunakan untuk kepen¬tingan penerbangan, navigasi laut, perjalanan darat, dan kepentingan perjalanan lainnya. Beberapa unsur yang disajikan dalam peta navigasi misalnya kedalaman laut, keting¬gian gunung, lokasi kota, kondisi jalan raya, dan beberapa unsur perjalanan lainnya.

Perbedaan antara peta umum dengan peta tematik terletak pada isinya. Peta umum isinya lebih bersifat konvensional artinya penentuan isi peta dan komposisi atau tata letak peta bersifat baku atau tidak dapat diubah-ubah. Pada peta tematik isinya dibuat dengan tujuan tertentu atau khusus menggunakan informasi terbatas serta tata letak atau komposisi peta dapa menyesuaikan kebutuhan pembuat peta dan untuk para pengguna peta.

B. Cara Menghitung Jarak dan Luas Menggunakan Skala


Peta yang baik dan benar harus memiliki skala, meskipun penulisan skala antara suatu peta dengan peta lainnya kemungkinan terdapat perbedaan. Suatu perbedaan yang jelas dalam mencantumkan skala pada peta dapat kita lihat pada peta yang hanya mencantumkan skala angka saja, tetapi ada juga peta yang mencantumkan skala garis saja. Namun demikian banya juga peta yang mencantumkan skala angka dan skala garis secara bersama-sama.

Tampilan skala angka maupun skala. garis pada peta sangat besar manfaatnya, yaitu dapat digunakan untuk menghitung jarak dan untuk menghitung luas suatu wilayah.

1. Menghitung Jarak Menggunakan Skala


a. Menghitung Jarak dengan menggunakan skala garis


Di kelas satu kamu pernah belajar menghitung jarak dengan skala. Skala garis pada peta dapat kita gunakan untuk menghitung jarak antara suatu tempat dengan tempat lainnya. Suatu cara yang mudah untuk menghitung jarak dengan menggunakan skala garis pada peta, marilah kita perhatikan peta di bawah ini.

Menghitung Jarak dengan menggunakan skala garis

Gambar 3.4

Pada peta tersebut tertulis skala garis O, 100, 200, 300 km. Artinya, setiap 1 cm pada peta menunjukkan 10.000.000 cm atau sejauh 100 km. Misalnya jarak Kota A dengan Kota B dalam peta 8 cm, maka jarak sebenarnya adalah 8 x 100 km = 800 km. Untuk jarak tempuh, harus diukur sepanjang jalan yang menghubungkan dua kota tersebut.


b. Menghitung jarak dengan menggunakan skala angka


Skala angka juga dapat kita gunakan untuk menghitung jarak antara suatu tempat dengan tempat lainnya. Marilah kita perhatikan peta berikut ini.

Pada peta tersebut tertulis angka 1 : 10.000.000. Artinya setiap 1 cm pada peta menunjukkan 10.000.000 cm atau sejauh 100 km. Misalkan jarak kota C ke kota D dalam peta 12,5 cm, maka jarak sebenarnya adalah 12,5 x 100 km = 1250 km.


2. Menghitung Luas Wilayah Menggunakan Skala


Untuk menghitung luas wilayah pada peta, kita dapat memakai alat bantu secara sederhana yaitu dengan media kertas milimeter blok. Kita juga dapat membuat kotak-kotak sendiri misalnya kotak dengan ukuran 1 cm x 1 cm atau 0,5 cm x 0,5 cm.

Setelah milimeter blok selesai dibuat misalnya dengan ukuran 0,5 cm x 0,5 cm, kita dapat menggunakannya untuk menghitung luas suatu wilayah pada peta yang kita kehendaki.

Kamis, 23 Juni 2016

BAB 2 Pranata Sosial

Seiring dengan perjalanan waktu, kita dapat mengamati perilaku kehidupan manusia, khususnya sebagai makhluk sosial. Misalnya seseorang berupaya untuk memahami lingkungan hidup sekitarnya. Dengan didasari rasa ingin tahun yang dalam, ia perlu belajar dari orang lain melalui proses pembelajaran.

pranata sosial

Proses pembelajaran bagi manusia sangat diperlukan dan dapat dilakukan di lingkungan keluarga, masyarakat, dan lembaga pendidikan. Proses pembelajaran tersebut memiliki tahapan, muatan nilai, norma, dan kaidah berdasar aturan yang berlaku di lingkungannya.

Contoh lain adalah ketika berlangsung pesta demokrasi “lima tahunan” atau pemilihan umum di indonesia. Pada saat pemilihan umum atau pemilu, setiap warga negara indonesia dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Komisi Pemilihan Umum atau “KPU” berhak memberikan suaranya. Kedua contoh kegiatan tersebut merupakan serangkaian kebutuhan hidup bermasyarakat dengan seperangkat aturan yang disebut dengan pranata sosial.
Berdasarkan uraian tersebut muncul suatu pertanyaan yang menarik, yaitu apakah yang dimaksud dengan pranata sosial? Pertanyaan tersebut tidak sulit untuk dijawab dengan mengurai makna pranata sosial itu sendiri. Pranata Sosial terdiri dari 2 suku kata yaitu pranata dan sosial yang keduanya memiliki arti masing-masing. Pranata adalah seperangkat aturan yang berkaitan dengan kegiatan atau kebtuhan sosial tertentu. Sosial adalah segala sesuatu mengenai masyarakat, peduli terhadap kepentingan umum. Dengan demikian pranata sosial (institution) dapat diartikan sebagai separangkat aturan dalam suatu kegiatan sosial yang berhubungan dengan masyarakat dan kepedulian terhadap kepentingan umum.
Definisi pranata sosial banyak dikemukakan oleh para sosiolog (ahli sosiologi), meskipun antarsosiolog satu dengan lainnya memiliki sudut pandang (perspektif) yang berbeda-beda. Berikut ini dikutip beberapa pendapat tentang pranata sosial oleh beberapa sosiolog sebagai berikut :

1. Koentjaraningrat (1990), beberapa bahwa pranata sosial merupakan unsur-unsur yang mengatur perilaku para warga masyarakat yang saling berinteraksi. Koentjaraningrat membatasi pranata sosial hanya sebagai suatu sistem tata-kelakuan dan hubungan yang terpusat pada kegiatan-kegiatan memenuhi komplek-komplek kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.
2. Soekanto (1987), berpendapat bahwa pranata sosial merupakan lembaga kemasyarakatan yang lebih menunjuk pada suatu bentuk dan sekaligus mengandung pengertian-pengertian abstrak perihal adanya norma-norma dan peraturan tertentu yang menjadi ciri dari suatu lembaga.
3. Mac Iver dan Charles (1988), berpendapat bahwa pranata sosial merupakan lembaga kemasyarakatan sebagai tata cara atau prosedur yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antarmanusia dalam suatu kelompok kemasyarakatan atau asosiasi.
4. Sumner (1985), lebih menekankan dari segi kebudayaan. Ia mengartikan pranata sosial sebagai perbuatan, cita-cita, sikap, dan perlengkapan kebudayaan yang mempunyai sifat kekal dan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat.
5. Wiese dan Becker (1992) melihat dari segi fungsi pranata sosial. Ia mengartikan pranata sosial sebagai suatu jaringan proses-proses hubungan antarmanusia dan antarkelompok manusia yang berfungsi untuk memelihara hubungan serta pola-polanya sesuai dengan kepentingan-kepentingan manusia dan kelompoknya.
6. Kornblum (1988) mendefinisikan pranata sosial sebagai suatu struktur status dan peran yang diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar anggota masyarakat.
7. Johnson (1985) mengemukakan bahwa pranata sosial adalah seperangkat aturan yang telah melembaga (institution-alized) karena: a. Telah diterima sejumlah besar anggota sistem sosial; b. Ditanggapi secara sungguh-sungguh; dan c. Diwajibkan kepada semua anggota sistem sosial, dan bagi pelanggarnya dikenakan sanksi.

Meskipun pranata sosial diambil alih dari bahasa inggris “institution”, tetapi hendaknya tidak dikacaukan dengan kalimat “institusi” dalam bahasa indonesia. Institusi menurut Horton (1985) didefinisikan sebagai suatu sistem hubungan sosial yang terorganisasi, memperlihatkan nilai-nilai dan prosedur bersama yang dapat memenuhi kebutuhan dasar tertentu dari masyarakat. Dengan demikian elemen yang melekat pada institusi adalah sistem hubungan yang teratur atau yang terorganisasi.
Sebagai contoh, setiap siswa membutuhkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pengenalan teknologi. Upaya yang dapat ditempuh untuk memenuhi kebutuhan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pengenalan teknologi tersebut di antaranya adalah siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar secara formal. Kegiatan belajar mengajar secara formal dapat diikuti oleh setiap siswa di lingkungan lembaga pendidikan atau sekolah yang diatur dengan sistem pendidikan nasional.

Dari penjelasan di atas memang tidak begitu sulit untuk membedakan antara kebutuhan, pranata sosial, dan institusi (lembaga). Untuk lebih memperjelas, berikut ini disajikan contoh aplikatif perbedaan antara kebutuhan, pranata sosial dan lembaga.

pranata sosial
Bagan Pranata Sosial
Memperhatikan beberapa contoh tersebut, terlihat jelas bahwa kebutuhan hidup manusia menjadi aksi dari proses terbentuknya pranata sosial dan institusi. Hal ini senada dengan teori motivasi dengan sejumlah kebutuhan dasar yang dikemukakan oleh Maslow (1987). Teori hirarki kebutuhan Maslow menghepotesiskan bahwa sejumlah kebutuhan dasar manusia memiliki urutan secara berjenjang yang meliputi :


  1. Kebutuhan fisiologis (faali), antara lain rasa lapar, haus, pakaian, perumahan, seks, dan kebutuhan jasmani lainnya.
  2. Kebutuhan keamanan, antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional.
  3. Kebutuhan sosial, mencakup kasih sayang, rasa dimiliki, diterima baik, dan persahabatan.
  4. Kebutuhan penghargaan, mencakup faktor hormat internal sepergi harga diri, otonomi pribadi / ego, dan prestasi, dan faktor hormat eksternal seperti status, pengakuan, dan perhatian.
  5. Kebutuhan aktualisasi diri mencakup dorongan untuk pertumbuhan, mencapai potensialnya, dan pemenuhan diri.


Teori kebutuhan dasari hidup manusia yang menjadi aksi dari proses terbentuknya pranata sosial dan institusi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Indonesia jika diidentifikasi dapat menjadi bermacam-macam atau kelompol pranata. Beberapa kelompok pranata yang dapat diamati dalam kehidupan masyarakat di Indonesia dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok berikut :

1. Pranata agama dan kepercayaan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan beribadah dalam hubungannya secara vertikal terhadap tuhan yang maha esa dan untuk memenuhi kebutuhan spiritual manusia.
2. Pranata ekonomi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan material, termasuk di dalamnya produksi, distribusi, dan konsumsi.
3. Pranata pendidikan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dalam mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah.
4. Pranata politik bertujuan untuk mendapatkan kekuasaan dengan cara-cara dan alat untuk mencapai tujuan bersama dalam hidup bermasyarakat yang didasari dengan ilmu kenegaraan atau tata negara.
5. Pranata somatik bertujuan untuk memenuhi kebutuhan akan kenyamanan hidu. 
6. Pranata kesenian bertujuan untuk memenuhi kebutuhan akan rasa keindahan.
7. Pranata sosial bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial yang berinteraksi antarsesamanya dalam hidup bermasyarakat.
8. Pranata penelitian bertujuan untuk menemukan problem problem dan gejala gejala baru tentan suatu hak, mengambangkan suatu program atau pengetahuan dan menguji kebenaran tentang suatu hipotesis. 

Minggu, 19 Juni 2016

Rangkuman Proses Sosial

  1. Proses sosial adalah tahapan-tahapan dalam suatu peristiwa untuk membentuk manusia bermasyarakat yang memperhatikan segi kehidupan bersama. 
  2. Proses sosial mempelajari sistem kehidupan individu dalam hubungannya dengan sesamanya yang senantiasa terjadi interaksi, dan faktor dasar terjadinya interaksi sosial tersebut adalah menunjuk pada suatu sistem interaksi. 
  3. jenis-jenis proses sosial menurut Soekanto meliputi (1) proses-proses yang asosiatif; dan (2) proses disosiatif. 
  4. Proses asosiatif adalah proses yang bersifat penggabungan antara dua objek atau tanggapan inderawi. 
  5. Kerja sama adalah kemampuan seseorang untuk bekerja bersama-sama dengan orang lain atau secara kelompok dalam rangka menyelesaikan suatu tugas atau kegiatan yang ditentukan sehingga mencapai daya guna dan hasil guna yang telah ditentukan bersama. 
  6. Akomodasi dapat diartikan sebagai (1) persediaan atau penyediaan tempat kediaman dan fasilitas yang dibutuhkan oleh seseorang atau kelompok untuk memenuhi kebutuhan; (2) dapat berarti pula sebagai penyesuaian diri dengan alam; dan (3) penyelesaian perselisihan. 
  7. Proses disosiatif adalah proses sosial yang bersifat perpecahan antara dua pihak sebagai akibat munculnya perbedaan tanggapan inderawi. 
  8. Kontravensi adalah suatu bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan, pelanggaran atau pertikaian yang ditandai dengan gejala- gejala adanya ketidakpuasan terhadap diri seseorang atau terhadap suatu rencana. 
  9. Sumber-sumber proses sosial Adalah beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya proses sosial dalam kehidupan bermasyarakat itu sendiri. 
  10. Komunikasi adalah hubungan timbal balik antarsesama manusia dan dapat terjadi apabila seseorang memberi arti perlakuan orang lain melalui gagasan atau perasaan sesuatu yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. 
  11. Lingkungan fisik adalah keadaan atau kondisi fisik lingkungan alam yang terdapat di sekitar individu yang berupa bentang alam, lahan pertanian, area pemukiman, cuaca dan iklim, pegunungan, sungai, danau, dan pantai. 
  12. Lingkungan sosial adalah manusia atau individu dengan lingkungan sosialnya mulai dari lingkungan keluarga, tetangga, tempat bekerja, kampung, desa, kota, provinsi, negara dan dunia yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi individu termasuk di dalamnya adalah segala norma, aturan, adat istiadat yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. 
  13. Lingkungan budaya adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan hasil ciptaan manusia yang bersifat abstrak maupun konkret. Misalnya ide, gagasan, bahasa, perilaku, rumah, karya seni dan hiburan termasuk di dalamnya adalah radio, televisi, dan media elektronik lainnya. 
  14. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan perilaku individu atau seseorang terhadap lingkungannya. Sikap juga dapat diartikan sebaga, reaksi seseorang terhadap suatu stimulus yang datang kepada dirinya. Sikap memiliki tiga komponen utama yakni kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek atau stimulus yang dihadapi, afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menghadapi objek tertentu, sedangkan konasi sikap kecenderungan berbuat terhadap objek tertentu 
  15. Religius adalah sikap seseorang untuk mengutamakan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai luhur dalam agama yang diyakini. 
  16. Teoretis adalah minat seseorang yang memiliki upaya untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sikapnya kritis, rasional, cerdas, gemar meneliti, dan selalu ingin mencari kebenaran secara ilmiah. 
  17. Ekonomis adalah sikap seseorang yang berusaha mengutamakan nilai yang berguna dari suatu benda dan nilai kepraktisan serta senantiasa hemat (ekonomis) atau tidak boros demi terwujudnya kesejahteraan pada masa yang akan datang. 
  18. Estetis adalah sikap seseorang yang mengutamakan nilai tertinggi pada bentuk keindahan, kebersihan, kerapian, keharmonisan, dan keserasian. 
  19. Sosial adalah sikap seseorang yang mengutamakan nilai kebersamaan, memelihara kebaikan antarsesama manusia, menjunjung tinggi hak asasi manusia dan melestarikan nilai luhur dan norma sosial yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. 
  20. Politis adalah minat seseorang yang berupaya untuk mendapatkan pengaruh dan kekuatan pribadi serta memperoleh ketenaran diri dalam kebaikan-kebaikan yang mendukung citra positifnya. 
  21. Dinamis adalah sikap seseorang yang senantiasa bertenaga kuat, selalu berubah ke arah positif dalam kegiatan yang bersifat dinamik atau bergerak maju. 
  22. Inovatif adalah sikap seseorang yang senantiasa mengarah pada perbaikan dan pengembangan yang bersifat pembaruan.

Mewujudkan pembagian kerja yang efektif

C. Mewujudkan pembagian kerja yang efektif


Pembagian kerja yang efektif dapat diambil suatu contoh di sebuah perusahaan. Di dalam perusahaan ada suatu hubungan positif antara fungsi persaingan dengan pembagian kerja yang efektif serta evaluasi kinerja karyawan.


pembagian kerja
Hubungan sosial antara karyawan dengan atasannya dalam institusi yang didasari dengan sistem pembagian kerja sesuai dengan bidangnya masing-masing akan menghasilkan pekerjaan yang optimal. Kinerja karyawan sangat berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan dan dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana karyawan itu akan dinilai sebagai pekerja yang efektif oleh atasannya. Karyawan yang mampu memenuhi harapan atasannya, akan menerima evaluasi kinerja yang lebih tinggi sebagai upaya peningkatan prestasi kerja. Dengan demikian, fungsi persaingan untuk mewujudkan pembagian kerja yang efektif akan mampu memenuhi permintaan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

b. Kontravensi (contravention)


1) Pengertian kontravensi


Pertumbuhan penduduk yang cepat dalam waktu singkat (population explotion) jika tidak diimbangi dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sejumlah hasil produksi, tentu saja akan menimbulkan masalah-masalah sosial. Beberapa masalah sosial dalam kehidupan masyarakat yang sering muncul dapat kita lihat. misalnya persaingan sosial, pertentangan, pelanggaran atau pertikaian, pencurian, perampokan pelanggaran hukum & hak asasi manusia. Beberapa masalah sosial dalam kehidupan bermasyarakat tersebut sering disebut sebagai bagian dari kontravensi.


Kontravensi adalah suatu bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan & pertentangan, pelanggaran / pertikaian. Kotravensi ditandai dengan gejala-gejala adanya ketidakpuasan terhadap diri seseorang / terhadap suatu rencana. Kontravensi mencakup lima subproses, yaitu; (1) proses-proses yang bersifat umum dari kontravensi; (2) bentuk-bentuk kontravensi yang sederhana (3) bentuk-bentuk kontravensi yang intensif; (4) kontravensi yang bersifat rahasia; dan (5) kontravensi yang bersifat taktis.


2) Tipe kontravensi


Kontravensi dapat dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu:


a. kontravensi yang menyangkut suatu generasi masyarakat;
b. kontravensi yang menyangkut peranan keluarga; dan
c. kontravensi parlementer.


Masing-masing tipe kontravensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:


a. Kontravensi yang menyangkut suatu generasi masyarakat


Berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi, sistem informasi & transportasi ikut mewarnai lajunya kontravensi yang menyangkut suatu generasi masyarakat. Kontravensi ini pada umumnya banyak dijumpai di lingkungan kota atau daerah yang cepat menerima informasi global.


Di kota besar banyak terjadi benturan sosial antara generasi tua dengan generasi muda yang memiliki pandangan berbeda. Generasi muda dengan segala teknologi yang praktis dan modern sangat mudah terbawa oleh arus informasi global dengan segala sesuatu dapat dipandang mudah. Akan tetapi tidak demikian halnya dengan yang dimiliki oleh generasi tua dengan latar pendidikan rendah, wawasan globalnya terbatas dan sering dipandang sebagai orang kolot / memiliki pandangan kuno dengan segala bentuk tradisi lama. Dua sisi yang berbeda tersebut merupakan kontravensi atau pertentangan yang menyangkut suatu generasi dalam kehidupan masyarakat.


b. Kontravensi yang menyangkut peranan keluarga


Keluarga terdiri dari kepala keluarga (ayah), Ibu & anak- anak yang masing-masing memiliki peranan berbeda-beda. Pada umumnya kepala keluarga memiliki peran sebagai pencari nafkah dan melindungi keluarga, ibu berperan mengurus rumah tangga & mengasuh anak, serta anak-anak sebagai anggota keluarga yang memiliki tugas belajar dan membantu orang tua sekedarnya.


Namun tidak dapat dipandang demikian yang terjadi pada era informasi global sekarang ini. Ditandai dengan munculnya istilah “Gender”, kaum wanita yang merasa memiliki kemampuan sama dengan kaum pria. Perkembangan ini seringkali menimbulkan kontravensi / pertentangan dalam keluarga karena masih melekatnya keraguan akan kemampuan wanita berdasarkan kodratnya. Melihat perbedaan tersebut muncul kontravensi / pertentangan yang menyangkut peranan keluarga.


c. Kontravensi parlementer


Kontravensi ini pada umumnya tampak dalam kelompok kelompok masyarakat yang saling bersaing untuk mendapat pengaruh / mempertahankan homogenitasnya. Kelompok yang berkontravensi tersebut dapat dilihat sebagai contoh pada organisasi sosial, lembaga pendidikan, lembaga pemerintahan dan lembaga keagamaan.


Di samping tipe umum terdapat kontravensi yang dekat sekali dengan pertentangan (pertikaian), yaitu : 1. Kontravensi antarmasyarakat setempat (inter maupun intra), 2. Antagonis kegamaan, 3. Kontravensi intelektual misalnya adanya anggapan rendah terhadap mereka yang berpendidikan rendah , 4. Oposisi moral, yang erat sekali hubungannya dengan latar belakang kebudayaan, termasuk sistem nilai.


Ciri-ciri secara umum dalam kontravensi adalah bersifat tertutup.


C. Pertentangan


1) Pengertian pertentangan


Pertentangan merupakan proses sosial dimana orang perorangan atau kelompok perkelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan dengan ancaman / kekerasan. Sebab-sebab pertentangan ini adalah : a. Perbedaan antarorang perorangan, b. Perbedaan kebudayaan, c. Bentrokan antar kepentingan, dan d. Perubahan perubahan sosial. Pertentangan yang menyangkut suatu tujuan, nilai nilai atau kepentingan kepentingan sepanjang pertentangan tersebut tidak berlawanan dengan pola-pola hubungan sosial dalam struktur sosial tertentu disebut pertentangan-pertentangan bersifat positif.


Masyarakat pada umumnya memiliki alat-alat tertentu untuk menyalurkn benih-benih permusuhan, dan alat alat tersebut dalam sosialogi disebut lembaga pengaman (safety valve institutions). Lembaga pengamanan ini hendaknya mampu menyediadakan objek objek tertentu yang dapat mengalihkan perhatian pihak pihak yang bertentangan, agar perhatian mereka diarahkan ke objek lain. Oleh karena itu, lembaga pengaman dapat mengidentifikasi alat-alat yang dibutuhkan untuk mengalihkan perhatian pihak yang bertentangan dan harus mampu memuaskan kedua belah pihak yang saling bertentangan.


2) Bentuk-bentuk pertentangan


Masalah sosial biasanya merupakan warisan dari masa lampau yang pemecahannya belum dituntaskan, meskipun sudah ada upaya pemecahan yang dilakukan tetapi sifatnya sementara. Beberapa masalah yang sering muncul pada kehidupan masyarakat dewasa ini dapat menimbulkan berbagai bentuk pertentangan sosial.


Bentuk-bentuk pertentangan sosial yang sering muncul adalah (1) pertentangan pribadi atau antarorang-perorangan; (2) pertentangan rasial atau perbedaan warna kulit; (3) pertentangan antarkelas kelas sosial karena perbedaan kepentingan, misalnya antara majikan dengan buruh; (4) pertentangan politik, yaitu antara partai dengan partai atau antara negara dengan negara; dan (5) pertentangan yang bersifat internasional.


Interaksi antarindividu atau antarkelompok dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan sering kali dalam prosesnya diwarnai dengan pertentangan atau pertikaian. Beberapa faktor penyebab munculnya pertentangan atau pertikaian antarindividu atau kelompok dapat didorong oleh adanya: (a) Perbedaan pendapat, prinsip, dan perasaan, (b) Perbedaan adat-istiadat, kebudayaan, dan aturan, (c) Perbedaan muatan kepentingan politik, ekonomi, dan sosial, (d) Munculnya perubahan sosial, disorganisasi, dan disintegrasi.


Pertentangan yang semakin meruncing dan sifatnya sudah menjadi problem sosial perlu adanya suatu upaya untuk menanggulanginya agar tidak terbiasa dan berkembang pada masalah sosial terkait, dan berlarut-larut sehingga dapat mengakibatkan berbagai macam pertentangan.


Pertentangan-pertentangan ini dapat berakibat: (a) makin kuatnya solidaritas kelompok dalam (sesama anggota kelompok); (b) goyahnya atau pudarnya persatuan persatuan kelompok bila pertentangan itu antaranggota kelompok yang sama; (c) perubahan kepribadian orang perorangan; (d) hancurnya kekayaan dan jatuhnya korban; (e) dominasi pihak yang menang terhadap pihak yang kalah.


Pertentangan yang berlarut-larut biasanya sulit untuk didamaikan. Maka betapa pentingnya usaha menghindarkan pertentangan-pertentangan tersebut di dalam masyarakat. Kontravensi terbatas pada perasaan, sedang konflik terwujud pada perbuatan. Jika pertentangan berhenti, maka bisa dipercaya suatu kerukunan / akomodasi yang mampu berperan sebagai media penyelesaian masalah sosial.


C. Sumber-sumber Proses Sosial


Proses sosial baik yang berkenaan dengan gejalanya maupun masalahnya tidak dapat dipisahkan dari kondisi kependudukan, kondisi sosial, dan kondisi lingkungan. Oleh karena itu, untuk dapat mengungkapkan dari mana aksi proses sosial, perlu dikaji sumber-sumber proses sosial tersebut dapat terjadi.


Sumber-sumber proses sosial adalah beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya proses sosial dalam kehidupan bermasyarakat itu sendiri. Proses sosial dalam kehidupan masyarakat tampak pada bentuk-bentuk interaksi sosial. Artinya bentuk-bentuk tersebut tampak beda jika seseorang secara perorangan maupun secara kelompok mengadakan hubungan satu sama lain.


Interaksi sosial dapat disebut juga sebagai proses orang- orang yang berkomunikasi, saling mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Dari pengertian tersebut hal yang paling penting dalam interaksi adalah pengaruh timbal balik saling mempengaruhi. Proses saling mempengaruhi itu sendiri dapat dipahami dari kata interaksi. Secara harfiah, interaksi (interaction) memiliki arti tindakan (oction) dan berbalas-balasan (inter). Dengan demikian, interaksi sosial tersebut dapat terjadi antara seseorang dengan orang lain, antara seseorang dengan kelompok, atau sekelompok orang dengan kelompok lainnya.
Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara pihak-pihak tersebut. Interaksi sosial tidak mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu (1) adanya kontak sosial, dan (2) adanya komunikasi.


1. Kontak sosial


Kontak sosial dapat diartikan sebagai saling berhubungan langsung atau bersama- sama menyentuh, misalnya seseorang berhubungan langsung dengan orang lain melalui tatap muka berbicara, berjabat tangan, berbicara langsung melalui telepon dan sejenisnya. Kontak merupakan tahap pertama terjadinya interaksi sosial, dan dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yakni (a) antara orang secara perorangan, misalnya anggota keluarga mempelajari nilai atau norma dalam kehidupan bermasyarakat di lingkungan hidupnya; (b) antara orang perorangan dengan suatu kelompok, misalnya seseorang sedang mendaftarkan diri sebagai calon anggota sebuah organisasi yang sudah melakukan program kegiatan; dan (c) antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya, misalnya antar organisasi olah raga mengadakan uji coba latih tanding bersama.


Kontak sosial dapat bersifat primer (tatap-muka) dan bersifat sekunder (melalui media). Kontak sosial bersifat primer dapat kita lihat misalnya antara seseorang dengan orang lain yang sedang bertemu, bertegur sapa, berbicara atau berjabat tangan. Sedangkan kontak sosial bersifat sekunder terdapat dua macam yakni kontak sekunder secara langsung dengan kontak sekunder secara tidak langsung. Kontak sekunder secara langsung dapat terjadi melalui media telepon, surat, dan internet. Kemudian kontak sekunder secara tidak langsung dapat terjadi melalui perantara orang ketiga misalnya dengan titip pesan atau kirim salam.


2. Komunikasi


Komunikasi adalah hubungan timbal balik antar sesama manusia dan dapat terjadi apabila seseorang memberi arti perlakuan kepada orang lain melalui gagasan atau perasaan sesuatu yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Penerima akan memberikan reaksi (tanggapan) terhadap gagasan atau perasaan (kesan) yang ingin disampaikan. Arti pentingnya kontak dan komunikasi sosial bagi terwujudnya interaksi sosial dapat dirasakan ketika seseorang sedang dalam kehidupan yang terisolasi.


D. Sikap dalam Menghadapi Keragaman Hubungan Sosial untuk Mewuj udkan Keselarasan Sosial


Manusia sebagai makhluk sosial memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman dan hasil interaksi antarindividu dengan individu atau antarindividu dengan kelompok. Pengalaman juga dapat diperoleh oleh individu karena adanya interaksi manusia dengan lingkungannya baik lingkungan fisik, lingkungan sosial, maupun lingkungan budaya.


Lingkungan fisik adalah keadaan atau kondisi fisik lingkungan alam yang terdapat di sekitar individu. Lingkungan fisik ini dapat berupa bentang alam, lahan pertanian, area permukiman cuaca dan iklim, pegunungan, sungai, danau, dan pantai. Lingkungan sosial adalah manusia atau individu dengan lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial ini dapat berupa lingkungan keluarga, tetangga, tempat bekerja, kampung, desa, kota, provinsi, negara dan dunia. Lingkungan ini secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi. Hal ini disebabkan karena di dalam lingkungan sosial tersebut terdapat norma, aturan, dan adat istiadat yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Lingkungan budaya adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan hasil ciptaan manusia yang bersifat abstrak maupun konkret. Misalnya ide gagasan, bahasa, perilaku, rumah, karya seni, hiburan termasuk di dalamnya adalah radio, televisi, dan media elektronik lainnya Beberapa lingkungan tersebut sangat kuat pengaruhnya untuk mewarnai sikap individu dalam menghadapi keragaman hubungan sosial untuk mewujudkan keselarasan sosial.


Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan perilaku individu atau seseorang terhadap lingkungannya. Sikap juga dapat diartikan sebagai reaksi seseorang terhadap suatu stimulus yang datang kepada dirinya. Sikap memiliki 3 komponen utama yakni kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek atau stimulus yang dihadapi. Afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggap, objek tertentu, sedangkan konasi adalah sikap yang berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. 3 komponen tersebut dapat digunakan sebagai dasar menentukan sikap dalam menghadapi keragaman hubungan sosial untuk mewujudkan keselarasan sosial berdasarkan kepribadian seseorang itu sendiri.
Kepribadian seseorang dapat diamati dari minat, sikap, dan kebiasaan dalam perilaku sehari-hari ditinjau dan aspek sosial budayanya yang meliputi (1) religius; (2) teoretis; (3) ekonomis; (4) estetis; (5) sosial; (6) politis; (7) dinamis; dan (8) inovatif.


Sikap dalam menghadapi keragaman hubungan sosial untuk mewujudkan keselarasan sosial, dapat diuraikan sebagai berikut.


1) Religius


Religius adalah sikap seseorang untuk mengutamakan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai luhur dalam agama yang diyakini. Sikap ini selalu melihat dirinya sebagai satu kesatuan dengan alam semesta sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilakunya diharapkan selalu penuh kasih terhadap lingkungan dan sesama makhluk hidup sehingga dapat tercipta suatu lingkungan yang bernuansa sorgawi.


2) Teoretis


Teoritis adalah minat seseorang yang memiliki upaya untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sikapnya kritis, rasional, cerdas, gemar meneliti, dan selalu ingin mencari tahu kebenaran secara ilmiah.


3) Ekonomis


Ekonomis adalah sikap seseorang yang berusaha mengutamakan nilai yang berguna dari suatu benda dan nilai kepraktisan serta senantiasa hemat (ekonomis) atau tidak boros demi terwujudnya kesejahteraan pada masa yang akan datang.


4) Estetis


Estetis adalah sikap seseorang yang mengutamakan nilai tertinggi pada bentuk keindahan, kebersihan, kerapian, keharmonisan, dan keserasian.


5) Sosial


Sosial adalah sikap seseorang yang mengutamakan nilai kebersamaan, memelihara kebaikan antarsemua manusia, menjunjung tinggi hak asasi manusia, dan melestarikan nilai luhur dan norma sosial yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.


6) Politis


Politis adalah minat seseorang yang berupaya untuk mendapatkan pengaruh dan kekuatan pribadi serta memperoleh ketenaran diri dalam kebaikan-kebaikan.


7) Dinamis


Dinamis adalah sikap seseorang yang senantiasa bertenaga kuat, selalu berubah ke arah positif dalam kegiatan yang bersifat dinamik dan bergerak maju.


8) Inovatif


Inovatif adalah sikap seseorang yang senantiasa mengarah pada perbaikan dan pengembangan yang bersifa pembaruan.
Parameter yang digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu hasilnya berupa kategori sikap yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Sikap dalam menghadapi keragaman hubungan sosial untuk mewujudkan keselarasan sosial dapat juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya. Misalnya seseorang yang bersikap mendukung proses hidupnya, nomal, lingkungan alam yang baik, lingkungan sosial dan budaya mendukung, akan besar kemungkinan seseorang tersebut berkecenderungan memiliki kepribadian yang mantap tercermin pada perilaku sehat, cerdas, disiplin, percaya diri, dan berperilaku sopan santun.

Proses Disosiatif

Seputar Ilmu Geografi kali ini akan memberikan materi pelajaran tentang proses disosiatif, langsung saja ke materi ya? berikut ulasannya:

proses disosiatif
Tidak selamanya kehidupan mausia dalam hidup bermasyarakat menunjukkan kekompakan, keteraturan dan kebersamaan pendapat meskipun secara historis mempunyai dasar asal usul yang sama dan didasari dengan norma, nilai dan etika. Kondisi kehidupan manusia bermasyarakat setiap saat bisa saja berubah. Perubahan ditandai dengan perubahan sosial oleh karena proses disosiatif. Apa yang bisa diketahui dari proses disosiatif? Proses Disosiatif adalah proses sosial yang bersifat perpecahan antara dua objek sebagai akibat munclnya perbedaan tanggapan inderawi.

Perbedaan penafsiran dan metode antarindividu dengan kelompok dalma menghadapi sesuatu interaksi sosial juga dapat menjadi bagian dari bentuk proses disosiatif. Bentuk bentuk disosiatif bisa berupa : 1. Persaingan (competition), 2. Kontravensi (contravention), 3. Pertentangan / pertikaian (conflict).



a. Persaingan (competitio)



1. Pengertian persaingan


Persaingan / kompetisi dapat dipandang sebagai proses sosial, karena orang perorangan / kelompok yang terlibat melalui bidang bidang kehidupan masing masing berusaha untuk memperoleh sesuatu dari sejumlah tujuan yang diharapkan. Persaingan dapat dibedakan menjadi 2 tipe umum, yaitu : persaingan yang bersifat pribadi dan persaingan yang tidak bersifat pribadi. Jika persaingan tersebut dilakukan oleh individu secara langsung disebut persaingan pribadi, sedangkan jika pelakunya secara berombongan  secara bersama disebut persaingan kelompok.



2. Bentuk Persaingan


Bentuk bentuk dalam persaingan secara umum meliputi persaingan di bidang : ekonomi, sosial, kebudayaan dan perbedaan ras.



a. Persaingan Ekonomi


Persaingan dalam dunia ekonomi bisa terjadi pada kehidupan masyarakat karena terbatasnya sumber daya alam yang bersifat ekonomis. Sumber daya alam ini tak bisa mengimbangi jumlah kebutuhan manusia sebagai pengguna yang jumlahnya tidak terbatas.


Persaingan di bidang ekonomi yang bersifat positif bermanfaat untuk meningkatkan kualitas barang konsumsi, distribusi dan pelayanan yang dapat diterima oleh konsumen dari produsen / pedagang. Konsumen dalam menggunakan haknya berdasarkan modal yang dimiliki. Ia akan bersifat selektif untuk memperoleh barang konsumsi, distribusi dan pelayanan yang baik.


Dengan demikian muncul pula persaingan antar produsen dan para pedagang untuk merebut pasar dengan cara menyajikan segala kemampuan yang dimiliki dengan cara yang benar dan bersifat positif.



b. Persaingan Kebudayaan


Persaingan kebudayaan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat bisa diamati melalui persaingan yang bertujuan untuk mendapat empati masyarakat. Persaingan kebudayaan bisa berupa kegiatan keagamaan, pendidikan, kesenian, hasil karya, dan sejenisnya. Persaingan kebudayaan pada umumnya bersifat positif karena masing masing berkeinginan untuk mendapatkan pengaruh yang kuat sehingga mempunyai sejumlah masa penggemar / pengikutnya.



c. Persaingan Sosial


Persaingan sosial adalah persaingan dalam upaya untuk memperoleh status / memiliki peranan di lingkungan sosial masyarakat yang berhubungan dengan segala sesuatu mengenai masyarakat / peduli terhadap kepentingan umum.



d. Persaingan karena perbedaan ras


Perbedaan suku / ras menyebabkan kelompok manusia yang berasal dari keturunan yang sama dengan ciri ciri fenotif yang berbeda / tersebdiri, misalnya warna kulit bentuk tubuh, warna mata, dan corak rambut. Perbedaan suku tersebut sering disebut sebagai sekte bangsa yang dapat menjadi unsur / bagian dari persaingan kebudayaan.



3. Fungsi Persaingan


Banyak sekali orang mengeluh dan memandang bahwa persaingan merupakan sesuatu yang membebani dan negatif sebagai akibat persaingan yang kurang sehat. Pandangan demikian tentu saja hanya dilihat dari satu sisi saja, yaitu dari segi negatifnya saja. Jika setiap persaingan ditinjau dari segi positifnya, tentu akan membangkitkan sinergi positif pula melalui upaya yang menghasilkan satu tingkat kinerja yang lebih besar jika dibanding dengan hasil hasil yang diperoleh sebelumnya. Melihat fenomena di lapangan yang demikian kompleks, kita dapat mengidentifikasi beberapa fungsi persaingan. Secara umum persaingan mempunyai fungsi untuk : a. Menyalurkan keinginan yang bersifat kompetitif, b. Mewujudkan suatu keinginan dan c. Mewujudkan pembagian kerja yang efektif.untuk mendapatkan gambaran tentang fungsi persaingan secara terperinci, bisa diuraikan dengan penjelasan sbb :



a. Menyalurkan keinginan yang bersifat kompetitif


Fungsi persaingan ini artinya mempunyai kemampuan atau kecakapan, sehingga tercermin pada suatu keinginan setiap manusia secara umum selalu ingin mendapatkan sesuatu yang terbaik.



b. Mewujudkan suatu keinginan


Manusia berbudaya mempunyai bekal karya, rasa, dan cipta yang bisa mendorong / memotivasi dirinya untuk bersaing dengan orang lain. Misalnya seorang pencipta lagu dengan segala kemampuannya berupaya bisa menghasilkan karya terbaiknya untuk memenuhi keinginan penggemarnya diblantika musik. Dengan demikian fungsi ini adalah untuk menyajikan beberapa alternatif sehingga keinginan bisa terpuaskan sebanyak mungkin.



c. Mewujudkan pembagian kerja yang efektif


Pembagian kerja yang efektif bisa diambil suatu contoh sebuah perusahaan. Di dalam perusahaan ada suatu hubungan positif antara fungsi persaingan dengan pembagian kerja yang efektif serta evaluasi kinerja karyawan.


Hubungan sosial antara karyawan dengan atasannya dalam institusi yang didasari dengan sistem pembagian kerja sesuai dengan bidangnya masing masing akan menghasilkan pekerjaan yang optimal.

Selasa, 14 Juni 2016

Hasil Hasil Akomodasi

4) Hasil Hasil Akomodasi


hasil hasil akomodasi
Gambar 1
Peranan akomodasi dalam kehidupan masyarakat diharapkan dapat menyelesaikan berbagai masalah atau perselisihan yang ada. Dengan selesainya perselisihan / permasalahan, maka kehidupan lingkungan sosial akan terkondisi harmonis. Hasil hasil akomodasi bisa diuraikan sebagai berikut ini :
  1. Kebersamaan, sifatnya menghindarkan diri dari bentuk-bentuk pertentangan baru demi kepentingan integrasi masyarakat dan berupaya menahan keinginan untuk bersaing yang sia sia, buang waktu & biaya;
  2. Penekanan oposisi, terlihat pada persaingan antara suatu kelompok tertentu terhadap kelompok lainnya yang akhirnya saling menguntungkan;
  3. Koordinasi berbagai kepribadian yang berbeda, terlihat pada saat terjadinya persaingan ketat beberapa calon pemimpin organisasi untuk menduduki pucuk pimpinan. Ketika persaingan selsai, pihak yang kalah diajak konsolidasi, musyawarah untuk bekerja sama, dan bersama merencanakan program kegiatan organisasinya;
  4. Perubahan lembaga-lembaga kemasyarakatan bagi penyesuaian diri dengan situasi-situasi / kebijakan yang baru;
  5. Perubahan perubahan dalam kedudukan, bisa dilihat pada proses penetapan terhadap orang perorangan dan kelompok manusia;
  6. Pembukaan jalan ke arah asimilasi, tujuannya adalah untuk mengenal lebih dekat timbulnya benih toleransi dan memudahkan menciptakan sikap saling menghormati.

Asimilasi (Assimilation)


Asimilasi adalah suatu penyesuaian / penyelarasan proses sosial dalam taraf lanjutan yang ditandai dengan adanya usaha usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat pada orang perorangan / kelompok-kelompok. Dalam proses asimilasi juga ada usaha mempertinggi wujud tindakan, sikap, dan proses mental dengan mempertinggi wujud tindakan, sikap, & proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan & tujuan bersama. Beberapa bentuk interaksi sosial yang memberikan arah ke satu proses asimilasi adalah sebagai berikut :
  • Interaksi sosial yang bersifat pendekatan terhadap pihak lain dan pihak lain juga berlaku sama. Misalnya kita tak sependapat / tidak nyaman hidup bertetangga dekat dengan seseorang yang pemabuk atau penjudi, namun karena bertetangga dekat kita harus tetap bersahabat guna tercapainya suatu asimilasi.
  • Interaksi sosial yang tidak mengalami halangan atau pembatasan. Misalnya, hambatan untuk menerima ajaran tertentu atau memasuki organisasi tertentu.
  • Proses asimilasi dipercepat jika interaksi sosial bersifat langsung dan primer. Misalnya upaya kita untuk membentuk organisasi pemuda dan pelajar se-Asia Tenggara akan terhambat oleh waktu, jarak dan kesulitan melakukan interaksi langsung dan primer.
  • Frekuensi interaksi sosial yang tinggi dan adanya keseimbangan antara pola pola asimilasi tersebut. Misalnya kita lihat perbedaan status senior dan status yunior di suatu organisasi yang membutuhkan interaksi sosial dalam pertemuan rutin guna mencapai tujuan.

Faktor Pendorong dan faktor penghambat asimilasi


Penyesuaian atau penyelarasan proses sosial jika dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari yang terjadi pada lapisan masyarakat suatu kelompok dengan kelompok lainnya bisa diketahui bahwa tingkat respon masyarakat terhadap terwujudnya asimilasi tidaklah sama. Cepat atau lambat terwujudnya asimilasi pada perorangan atau kelompok dapat dipengaruhi oleh faktor yang mendorong terjadinya asimilasi dan faktor yang menghambat terjadinya asimilasi.

a. Beberapa faktor pendorong terjadinya asimilasi adalah sebagai berikut :


1. Tingkat toleransi seseorang / kelompok terhadap kelompok lain.
2. Kesempatan berimbangnya ekonomi antar perorangan / kelompok.
3. Adanya sikap menghargai kehadiran orang asing beserta kebudayaannya.
4. Adanya sikap terbuka yang dimiliki oleh golongan berkuasa dalam masyarakat.
5. Memiliki persamaan historis dan perkembangan unsur unsur kebudayaan.
6. Berlangsungnya perkawinan campuran antar kelompok yang berbeda.
7. Datangnya musuh dari luar yang dipandang mengganggu kelangsungan hidup bersama.

b. Beberapa faktor penghambat terjadinya asimilasi adalah sebagai berikut :


1. Terisolasinya golongan tertentu dalam kehidupan masyarakat.
2. Kurangnya pengetahuan kebudayaan yang dimiliki oleh kelompok sosial.
3. Adanya perasaan takut terhadap suatu kekuatan kebudayaan yang dihadapinya.
4. Adanya perasaan bahwa kebudayaan yang dimiliki oleh golongan / kelompok lain lebih unggul jika dibandingkan dengan kebudayaan yang dimilikinya.
5. Terdapat perbedaan warna kulit / ciri fisik tertentu karena latar belakang induk bangsa yang berbeda.
6. Adanya perasaan mengelompok / menutup diri (eksklusif) yang sangat kuat.
7. Adanya gangguan dari golongan mayoritas terhadap golongan minoritas.
8. Munculnya perbedaan kepentingan dan pertentangan pribadi / golongan.

Proses asosiati / proses yang bersifat penggabungan antara dua objek / tanggapan inderawi merupakan rangkaian antara kepribadian dan kebudayaan. Kepribadian yang terbentuk dalam diri seseorang bisa diperoleh melalui proses sosial sejak seseorang tersebut dilahirkan, sedang kebudayaan sangat berpengaruh terhadap perilaku & kepribadiannya.

Kamis, 09 Juni 2016

Jenis Jenis Proses Sosial

Jenis Jenis Proses SosialSebegitu jauh kita telah mempelajari beberapa pengertian tentang proses sosial dan beberapa penjelasan yang berhubungan dengan pengertian itu. Proses sosial yang menjadi hubungan timbal balik dalam kehidupan manusia atau individu dalam bermasyarakat senantiasa terjadi interaksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu. Interaksi yang bersifat kontinyu dalam kehidupan bermasyarakat dapat diidentifikasi menjadi beberapa jenis proses sosial.

Jenis Jenis Proses Sosial


Kimbal Young (1948) membedakan interaksi sosial terdiri atas : 1. Oposisi (Mencakup persaingan dan pertentangan), 2. Kerjasama (yang menghasilkan akomodasi), 3. Diferensiasi (yang menyebabkan adanya pembagian dan perbedaan kerja antara orang-orang atau kelompok dalam masyarakat berdasarkan perbedaan usia, jenis kelamin dan pekerjaan.

Tokoh lain yang memiliki pendapat berbeda adalah Gillin. Gillin (1951) menggolongkan proses sosial menjadi dua macam yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial yaitu : 1. Proses asosiatif (yang diperinci lagi menjadi akomodasi, asimilasi, dan akulturasi), 2. Proses disosiatif (yang mencakup persaingan, pertentangan / pertikaian yang berupa kontravensi dan konflik).

Tamotsu Shibutani (1986) lebih mengedepankan beberapa interaksi sosial meliputi 1. Akomodasi, 2. Ekspresi, 3. Interaksi strategis, 4. Pengembangan perilaku manusia. Sedang Soekanto (2003) mengembangkan pendapat Gillin dengan menyajikan jenis jenis proses sosial yang meliputi : 1. Proses asosiatif, 2. Proses disosiatif.

Beberapa jenis proses sosial menurut pengembangan Soekanto tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Proses proses Asosiatif


Proses asosiatif adalah proses yang bersifat penggabungan antara dua objek atau tanggapan inderawi. Proses penggabungan antara dua objek ini dapat diuraikan menjadi dua bentuk, yakni proses-proses dalam bentuk kerja sama (cooperation) dan proses-proses dalam bentuk akomodasi (accomodation). Kedua bentuk proses asosiatif tersebut bisa dijelaskan seperti di bawah ini:

a. Kerja sama


1. Pengertian Kerja Sama

Kehidupan manusia sangat komplek dan universal, satu sama lainnya antar perorangan maupun secara kelompok saling berkaitan untuk mencapai tujuan yang diharapkan dengan cara bekerja sama. Hubungan kerja sama tidak hanya sebatas pada perorangan atau kelompok di lingkungannya, melainkan kerja sama dapat dilaksanakan antarnegara (bilateral), kerja sama beberapa negara serumpun (regional), dan kerja sama beberapa negara secara internasional. Dengan demikian apakah yang dimaksud dengan kerja sama?

Kerja sama adalah kemampuan seseorang untuk bersama-sama dengan orang lain atau secara kelompok dalam rangka menyelesaikan sesuatu tugas atau kegiatan yang ditentukan sehingga mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya. Tujuan kerja sama ini adalah sebagai sesuatu untuk mencapai tujuan bersama yang sudah ditentukan.

Kerjasama dapat timbul karena adanya orientasi perorangan terhadap kelompoknya sendiri (in-group) atau kelompok orang lain (out-group). Proses sosial terbentuknya kerja sama kan lebih erat manakala muncul konflik sosial yang bersifat positif maupun bersifat negatif.

Konflik banyak menjadi bahan pembicaraan terutama dalam hubungannya dengan suatu pertanyaan apakah konflik itu merupakan sesuatu yang mesti dihindari atau tidak. Jika konflik itu merupakan sesuatu yang yang dihindari, maka konflik tersebut merupakan sesuatu yang bersifat negatif. Tapi kalau konflik itu tak bersifat negatif, mengapa kita harus menghindarinya? 

2. Bentuk kerja sama

Agar kehidupan manusia dapat terasa lebih ringan dalam menghadapi sesuatu pekerjaan atau permasalahan sosial, ekonomi dan politik perlu adanya kerja sama antarindividu dengan individu / dengan kelompok. Bentuk kerja sama dalam kehidupan ada yang bersifat positif / bersifat negatif.

a. Kerukunan

Kerukunan adalah bentuk kerja sama individu dengan individu, atau individu dengan kelompok dalam lingkungan hidup bermasyarakat.

b. Tawar Menawar

Bergaining adalah bentuk kerja sama individu dengan individu, / individu dengan kelompok dalam melaksanakan tawar-menawar / perjanjian mengenai pertukaran barang-barang & jasa-jasa antar dua organisasi / badan usaha / lebih. 

c. Kooptasi

Kooptasi adalah bentuk kerja sama individu dengan individu / individu dengan kelompok dalam menerima unsur-unsur baru kepemimpinan / pelaksanaan politik dalam suatu organisasi.

d. Koalisi

Koalisi adalah kerja sama individu denagn individu, / individu dengan kelompok dalam bentuk kombinasi / gabungan antara dua organisasi / lebih yang memiliki tujuan yang sama. Sistem kerja sama ini idealnya bersifat kooperatif antarorganisasi / lembaga. Hal ini disebabkan karena masing-masing organisasi / lembaga pada umumnya memiliki landasan, struktur, dan kerangka pemikiran yang berbeda-beda.

e. Joint-venture

Joint-venture adalah bentuk kerja sama individu dengan individu, / individu dengan kelompok dalam bidang pengusahaan / proyek-proyek tertentu. Misalnya : bentuk kerja sama dengan bidang ekspor-impor, pertambangan minyak bumi, eksploitasi sumber daya hutan, rancang bangun jaringan jalan raya, dan sejenisnya.

b. Akomodasi (Accomodation)


1. Pengertian akomodasi

Akomodasi mempunyai beberapa pengertian luas yang sering digunakan dalam proses sosial asosiatif. Akomodasi dapat diartikan sebagai (1) persediaan atau penyediaan tempat kediaman & fasilitas yang dibutuhkan oleh seseorang atau kelompok untuk memenuhi kebutuhan; (2) penyesuaian diri dengan alam; & (3) penyelesaian perselisihan.

Pengertian akomodasi dapat dipergunakan untuk 2 kebutuhan yaitu : 1. Akomodasi yang menuju pada suatu keadaan dan akomodasi pada suatu proses. Pengertian akomodasi yang dipergunakan sebagai keadaan adalah kenyataan adanya keseimbangan dalam interaksi antarperorangan / kelompok manusia sehubungan dengan norma-norma sosial & nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat. Akomodasi yang dipergunakan sebagai proses adalah usaha-usaha manusia meredakan pertentangan untuk mencapai kestabilan & kerukunan. Pengertian akomodasi yang dipergunakan untuk menyelesaikan perselisihan sosial merupakan langkah preventif yang sangat tepat, lantaran penyelesaian yang bersifat akomodatif ini bisa menyelesaikan pertentangan secara damai dengan solusi tanpa merugikan pihak-pihak yang sedang berselisih.

2. Manfaat Akomodasi


Beberapa manfaat dalam penggunaan akomodasi, khususnya dalam upaya penyelesaian perselisihan, antara lain bisa digunakan untuk hal sebagai berikut :

  • Meredakan pertentangan antarperorangan / kelompok sebagai akibat perbedaan pendapat / berselisih paham;
  • Mencegah meledaknya pertentangan / ungkapan emosional untuk sementara waktu;
  • Menentukan pilihan adanya kerja sama antarkelompok sosial sebagai akibat faktor-faktor sosial-ekonomi, psikologis & kebudayaan / hidup terisolasi oleh kondisi alam;
  • Mengupayakan penggabungan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah / terpecah.


3. Bentuk bentuk akomodasi


Akomodasi sebagai bagian dari proses sosial mempunyai beberapa bentuk yang bisa berlangsung secara berkesinambungan. Untuk lebih memahami beberapa bentuk akomodasi, di bawah ini diuraikan detailnya :

a. Paksaan

Paksaan (coercion) adalah bentuk akomodasi yang digunakan oleh sekelompok masyarakat yang kuat terhadap kelompok minoritas / kelompok lain yang mempunyai banyak kelemahan. Pelaksanaan coercion ini dilakukan secara langsung dengan kontak fisik & bisa juga dilakukan secara tidak langsung melalaui psikologis. Bentuk paksaan ini bisa dilihat pada praktek feodalisme, dimana kaum kuat bisa memaksakan kehendaknya terhadap kaum lemah.

b. Kompromi

Kompromi (compromise) adalah bentuk akomodasi yang digunakan oleh beberapa kelompok masyarakat yang saling mempunyai pengertian akan kepentingan pihak lain. Dalam proses kompromi ini, pihak-pihak yang terkait bisa tampil saling pengertian supaya bisa tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang dihadapi. Misalnya: konvensi lingkungan hidup sedunia yang dihadiri oleh negara berkembang (bersifat agraris) dan negara maju (bersifat industri).

c. Arbitrasi

Arbitrasi adalah bentuk akomodasi yang digunakan oleh pihak-pihak yang sedang berselisih dalam proses mencari solusinya, tapi belum dapat mencapai proses akhir penyelesaian sehingga membutuhkan pihak ke-3 yang mempunyai wewenang menjadi media penyelesaian masalah. Misalnya : pertikaian antar petani tembakau dengan pabrik rokok tentang rendahnya harga hasil panen tembakau yang melimpah. Ke-2 pihak tersebut membutuhkan peran & upaya pemerintah yang mempunyai wewenang untuk mencari solusinya.

d. Mediasi

Mediasi adalah bentuk akomodasi yang digunakan oleh pihak-pihak yang sedang berselisih dalam proses mencari solusinya, tapi belum mampu mencapai proses akhir penyelesaian sehingga membutuhkan pihak ke-3. Pihak ketiga ialah pihak yang netral sebagai perantara / penasihat yang bisa berfungsi sebagai media penyelesai masalah. Pihak ketiga hanyalah berperan sebagai mediator / penasihat belaka yang tak mempunyai wewenang. Misalnya : pengurus RT yang diundang selaku penasihan dalam rangka penyelesaian masalah sengketa tanah oleh warganya.

e. Konsiliasi

Konsiliasi (conciliation) adalah bentuk akomodasi yang digunakan untuk mempertemukan beberapa keinginan dari beberapa pihak yang sedang berselisih demi tercapainya persetujuan bersama.

f. Toleransi

Toleransi (tolerance) adalah bentuk akomodasi yang mengutamakan arti penting sifat tenggang rasa dan tidak harus melalui prosedur yang formal.

g. Saling tidak bereaksi

Saling tidak bereaksi (stalemate) adalah keadaan berhenti pada tingkat tertentu tanpa ada usaha mengurangi ketegangan.

h. Penyelesaian pengadilan (adjudication)

Penyelesaian ini adalah bentuk akomodasi yang digunakan untuk menyelesaikan pertikaian melalui peradilan hukum yang berlaku di dalam sistem peradilan.

Rabu, 08 Juni 2016

Pengertian Proses Sosial

A. Pengertian Proses Sosial

pengertian proses sosial

Hampir semua aktivitas manusia dalam hidup bermasyarakat / interaksi antarmanusia secara langsung maupun tidak langsung membutuhkan waktu untuk membentuk suatu perilaku yang dapat diterima semua pihak. Serangkaian aktivitas yang membutuhkan waktu untuk berinteraksi antarmanusia yang saling membutuhkan dan dapat diterima semua pihak tersebut sering disebut sebagai proses sosial. Proses itu sendiri memiliki arti sebagai tahapan-tahapan dalam suatu peristiwa untuk membentuk jalannya rangkaian kerja. Sosial artinya segala sesuatu mengenai masyarakat yang peduli terhadap kepentingan umum. Dengan demikian, proses sosial dapat diartikan sebagai tahapan-tahapan dalam suatu peristiwa untuk membentuk manusia bermasyarakat yang memperhatikan segi kehidupan bersama.

Soemardjan (1987) menjelaskan bahwa proses sosial (kemasyarakatan) dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara manusia (individu) dengan berbagai segi kehidupan bersama. 

Individu dalam hal ini merupakan konsep sosiologi. Konsep individu tidak diartikan sama dengan konsep sosial yang kita gunakan sehari-hari. Dalam bahasa sehari-hari konsep individu menunjuk pada orang pribadi tertentu, misalnya si Suta adalah seorang individu. Dengan demikian terdapat suatu perbedaan konsep “individu” antara penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari dengan konsep sosiologi.

Konsep individu dalam bahasa Indonesia sehari-hari menunjuk pada pribadi seseorang. Sedangkan sebagai konsep sosiologi, individu mempunyai arti menunjuk pada subjek yang melakukan sesuatu, subjek yang mempunyai pikiran, subjek yang mempunyai kehendak, subjek yang mempunyai kebebasan, subjek yang memberi arti pada sesuatu dan mampu menilai tindakan dan hasil tindakannya sendiri.

Konsep subjek dengan konsep objek sangat berbeda konteksnya dan tidak dapat dikacaukan antar keduanya. Jika kita mengkaji konsep subjek, tentu menunjuk pada semua keadaan yang berhubungan dengan kehidupan internal manusia. Manusi didefinisikan memiliki kemampuan berpikir, berperasaan, berinovasi, berefleksi, dan mampu mengevaluasi. Sedangkan konsep objek pada umumnya menunjuk pada dunia eksternal atau objek di luar individu. Objek ini dapat kita lihat pada benda-benda yang diartikan dalam ilmu-ilmu alam yang tidak memiliki kemampuan seperti yang dimiliki oleh manusia, misalnya sungai, danau, pantai, dan semua benda alam pada umumnya. Dengan demikian antara subjek dengan objek saling berkaitan erat meskipun antar keduanya memiliki peran yang berbeda.

Soekarno (2003) memberikan pengertian bahwa proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada. 

Proses sosial ini diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh-pengaruh antara sosial dengan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dan hukum, dan seterusnya.

Proses sosial dalam sosiologi mempelajari sistem kehidupan individu dalam hubungannya dengan sesamanya yang senantiasa terjadi interaksi, dan faktor dasar terjadinya proses interaksi sosial tersebut adalah menunjuk pada suatu sistem interaksi. Agar lebih memahami dalma proses sosial, maka konsep interaksi yang dimaksudkan di sini cukuplah dimengerti sebagai tindakan (action), yang terjadi pada interaksi minimal antara dua orang yang dapat saling mempengaruhi perilakunya. Misalnya, dua orang atau lebih yang sedang bercakap-cakap. Mereka melakukan interaksi, saling memberikan reaksi atas sesuatu yang dikatakan lawan bicara dalam usaha memahami arah pembicaraan yang sedang dilakukan.